CERITA WARGA
Selamat malam, saya menulis cerita ini pada malam hari, saya ingin menceritakan kisah yang menyeramkan menurut saya pribadi tentang desa saya waktu dulu yang pernah diceritakan dari mulut kemulut.
Saya
tau cerita ini dari kaka saya, remaja di desa saya yang kelahiran tahun 1997
banyak yang tau tentang cerita ini, cerita ini sangat populer ditahun 2000an,
saya waktu itu masih SD, tetapi cerita yang tertulis disini saya modifikasi
sedikit agar lebih menarik tetapi berlatar belakang cerita sebenarnya.
Desa siwil-iwil, Blok Kliwon, Kabupaten Cirebon. Ya, dari nama nya saja sudah cukup seram bagi sebagian orang, Kliwon biasa nya sering diidentik kan dengan hal misteri, tetapi memang seperti itulah Desa kami diberi nama, blok desa di Sumber barat diberi nama seperti hari dikalender, Pahing, Legi, Kliwon, dan blok saya yaitu Kliwon.
Cerita
bermula dari seorang pedagang mie tek-tek, begitulah kami menyebutnya, karena
pedagang tersebut memukul wajan dengan centong nya sehingga menghasilkan bunyi
“Tek, Tek, Tek” untuk memberitahu warga bahwa dia bejualan mie.
Penjual tersebut tiba di Desa kami
selalu diatas jam 22.00 WIB keatas, karena dia tidak langsung berkeliling ke
Desa kami, dia keliling ke Desa lain dulu baru ke Desa kami. Beliau pernah
bercerita kepada pembeli dari Desa kami.
“kenapa
ya setiap saya melewati jembatan yang didekat Mushola itu, saya merasa ada
keramaian disana, padahal Mushola tersebut sepi dan lampu sudah dimatikan”
Lalu
pembeli itu pun menanggapi nya dengan tidak terlalu serius.
“ya
mungkin ada kegiatan pengajian atau tadarus pak”
Penjual
mie tersebut merasa heran.
Keesokan harinya, penjual mie itu
datang ke Desa kami lagi, seperti biasa diatas jam 22.00 WIB. Dan disinilah
kejadian berlangsung, penjual mie itu pun membenarkan cerita dari pembeli
kemaren bahwa didalam Mushola tersebut sedang terdapat acara pengajian ibu-ibu.
“mang
beli mie”
Kata
salah satu ibu-ibu pengajian tersebut.
“siap,
berapa bu?”
“semua
nya buat ibu-ibu yang ada disini”
Penjual
mie pun merasa senang karena bakal pulang cepat.
Tetapi .... tidak secepat itu,
ketika penjual mie selesai melayani ibu-ibu tersebut, suasana berubah menjadi mencekam,
penjual mie itu pun sadar dan berfikir. Memang ada ya pengajian ditengah malam?
Dan ibu-ibu nya pun serempak menggunakan gamis putih. Dan ketika itu salah satu
ibu-ibu tersebut menghampiri penjual tersebut untuk memberikan uang dan jumlah
nya sangat banyak.
“ambil
saja kembalian nya mang”
Sontak
penjual itu pun terkejut ketika melihat ibu-ibu tersebut semua nya berwajah
pucat, lesuh, dan kotor. Penjual tersebut langsung teriak dan tersudut dibawah
pohon nangka melihan ibu-ibu tersebut membubarkan diri menuju ke arah pemakaman
umum di Desa.
Semua menjadi gelap, penjual
tersebut tersadar ketika ada warga yang melaksanakan kegiatan ronda menemukan
dia pingsan dibawah pohon nangka. Warga tersebut heran kenapa ada gerobak mie
tek-tek diatas jembatan pada tengah malam dengan suasana sangat sepi. Warga
bertanya.
“mang,
laris ya gaada sisa?, kalo mau tidur mending di teras masjid mas”
“anu
mas, ada banyak ibu-ibu didalam mushola saya gaenak, dan ibu-ibu itu memborong
dagangan saya, dan ngasih uang banyak banget”
Warga
tersebut merasa kaget, karena uang ratusan ribu tersebut berubah menjadi daun
pepaya.
Itulah cerita yang populer di Desa kami.
Terimakasih telah membaca cerita saya, cerita tersebut sudah saya modifikasi, tetapi inti cerita tersebut sama. Semoga dapat menghibur kalian semua.